Peristiwa pembakaran ganja Lice Turki ini bukan cuma bikin heboh nasional, tapi juga bikin satu kota terbang tanpa sayap. Bayangin kamu lagi duduk santai di rumah, nonton TV, tiba-tiba kepala cenat-cenut, mual, dan langit mendadak terasa… aneh. Bukan karena kamu habis makan makanan basi, tapi karena kota tempat kamu tinggal lagi diselimuti asap hasil pembakaran 20 ton ganja. Yap, ini bukan naskah film absurd, tapi kejadian nyata di kota Lice, provinsi Diyarbakır, Turki.
Operasi Pemusnahan yang Bikin Geger

Tanggal 18 April 2025, pihak berwenang Turki ngadain ‘pesta pembakaran’ ganja super gede bukan buat joget-joget atau selfie, tapi buat ‘ngabisin’ stok ganja hasil sitaan selama dua tahun. Bisa dibilang, ini kayak acara ‘hapus hutang’ tapi versi herbal.
Sekitar 20 ton lebih, senilai hampir USD 261 juta. Operasi ini dipimpin langsung oleh Komando Gendarmerie Distrik Lice, sebuah unit keamanan semi-militer yang biasa menangani tugas-tugas seperti kontra-terorisme dan pengendalian narkotika.
Tempat pemusnahannya? Di ruang terbuka, dan lokasinya nggak jauh-jauh amat dari pemukiman warga. Paket-paket ganja disusun membentuk huruf “Lice” sebagai simbol keberhasilan. Lalu dibakar… dengan 200 liter solar. Kedengarannya dramatis? Tentu. Efeknya ke warga? Lebih dramatis lagi.
Asapnya? Bukan Kaleng-Kaleng
Baru juga api dinyalakan dan solar disiram, muncullah asap tebal seperti kabut kutukan dari zaman Mesopotamia menyelimuti kota seperti jubah sihir Raja Nebukadnezar yang lagi bad mood. Bukan asap biasa, tapi asap ganja dalam skala industri. Sekitar 25.000 warga Lice mulai merasakan gejala aneh:
- Pusing
- Mual
- Kepala ringan kayak habis diputar
- Bahkan berhalusinasi
Beberapa warga melaporkan anak-anak mereka merasa “aneh”, muntah-muntah, dan tidak bisa tidur. Rumah-rumah ditutup rapat, jendela dikunci. Tapi tetap saja, bau ganja itu menyusup ke segala penjuru. “Kami tidak bisa buka jendela. Anak-anak kami jatuh sakit,” ujar seorang ibu kepada media lokal.
Warga Marah, Resah, dan Merasa Diabaikan
Warga Lice bukannya senang karena narkotika diberantas. Mereka justru marah besar. Operasi pemusnahan ini justru menyebabkan keracunan massal. Beberapa hari setelah kejadian, rumah sakit dan klinik kewalahan menerima warga yang datang dengan keluhan serupa. Bahkan beberapa warganet menyebut kota Lice sebagai “kota yang nge-fly bareng-bareng”.
Ini bukan lelucon. Meski terdengar konyol, efeknya nyata. Masyarakat menuntut pertanggung jawaban dan kebijakan yang lebih manusiawi dari pemerintah. “Kami bukan laboratorium percobaan!” seru seorang tokoh masyarakat.
Kritik dari Aktivis dan Pakar Kesehatan
Yahya Öger, Ketua Asosiasi Pencegahan Kecanduan di Turki, mengecam keras metode pembakaran ini. Menurutnya, pemusnahan ganja seharusnya dilakukan di fasilitas khusus dengan sistem filtrasi asap. Tujuannya? Agar tidak mencemari udara dan membahayakan publik.
Ia juga menyebut penyusunan ganja membentuk kata “Lice” sebagai tindakan tidak etis dan tidak profesional. “Ini bukan kampanye media sosial, ini soal kesehatan dan keselamatan warga,” ujarnya lantang.
Pemerintah Angkat Bicara
Kerem Yenigün, Kaymakam (semacam camat) Lice, menyatakan bahwa operasi tersebut merupakan bagian dari strategi kontra-narkotika dan kontra-terorisme. Ia mengatakan bahwa pemusnahan ini adalah hasil dari operasi gabungan yang berhasil memutus rantai suplai narkoba ke kelompok teroris.
Namun, sampai saat ini belum ada permintaan maaf resmi dari otoritas atas dampak yang dirasakan warga.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
- Niat baik tanpa perencanaan matang bisa jadi bencana.
- Metode penghancuran narkotika harus mempertimbangkan keselamatan lingkungan dan warga.
- Kalau pemerintah mau ngobrol, jangan kayak SMS satu kata, dong! Transparansi itu penting, biar warga nggak merasa kayak di-ghosting, apalagi soal yang asap-asapan begini.
- Ganja bukan mainan. Apalagi 20 ton.
Penutup
Insiden pembakaran ganja Lice Turki jelas jadi catatan penting soal bagaimana sebuah operasi bisa berubah jadi bencana komunal yang halu bareng-bareng. Kisah di Lice ini bisa jadi pengingat penting bagi semua negara yang sedang berjuang melawan narkotika. Bahwa dalam perang melawan barang haram, jangan sampai warga yang tidak bersalah justru jadi korban. Lice, si kota kecil di Diyarbakır, mungkin tidak akan pernah lupa hari ketika langit mereka diselimuti asap ganja, dan seluruh kota “nge-fly” tanpa izin.
Semoga ke depan, langkah pemberantasan narkoba bisa lebih aman, manusiawi, dan tidak beraroma ganja ya.
FAQ (Frequently Asap-ed Questions)
Q: Serius, ganja 20 ton itu dibakar beneran?
A: Yes, 100% serius. Ini bukan plot film stoner comedy. 20 ton ganja dibakar kayak bakar semangat waktu tahun baru, cuma sayangnya ini nyebar ke satu kota.
Q: Kok warga bisa ikut ‘nge-fly’? Kan cuma asap?
A: Nah itu dia! Ini bukan asap bakaran tahu bulat. Ini THC premium. Hirup dikit aja bisa nyanyi lagu tahun 90-an padahal kamu lahir 2005.
Q: Kenapa ganjanya dibentuk jadi tulisan “Lice”?
A: Entah. Mungkin biar kelihatan keren dari drone, atau tim pembakar terinspirasi dari opening konser Coldplay.
Q: Apa pemerintah minta maaf?
A: Sampai artikel ini tayang? Belum. Mungkin masih pada tidur siang atau sibuk cari kipas angin raksasa.
Q: Apakah ini akan diulang tahun depan?
A: Semoga nggak. Tapi kalau iya, warga minta dibekalin masker, earplug, dan mental sekuat tembok Berlin.
Baca juga: India-Pakistan dan Ketegangan Senjata Nuklir