Banjir Bali Lima Bangunan Ambruk di Denpasar, Tiga Orang Hanyut ke Tukad Badung

kompas.com – Musim hujan di Bali tahun ini benar-benar datang dengan cerita dramatis. Kalau biasanya kita bayangin Bali dengan sunset cantik di Kuta, sekarang yang viral malah debit air di Tukad Badung yang meluap. Peristiwa ini bikin lima bangunan ambruk di Jalan Hasanuddin, Denpasar pada Rabu (10/9/2025) pagi.

Yang bikin makin miris, ada tiga orang yang hanyut ke sungai: istri, anak, dan mertua dari salah satu pemilik bangunan. Tragedi ini jadi pengingat betapa rentannya bangunan di bantaran sungai, apalagi saat hujan lebat mengguyur tanpa henti.

Kronologi Bangunan Ambruk di Denpasar

Menurut keterangan Imam Sapi’i, Satpam BCA Hasanuddin, peristiwa ini terjadi sekitar pukul 06.35 Wita. Sebelum bangunan ambruk, terdengar suara retakan keras dari arah bantaran sungai.

Sekitar pukul 03.00 dini hari, air Tukad Badung sudah naik. Bahkan ketinggiannya mencapai 50 cm di atas jembatan Hasanuddin. Arus deras ini menyeret material bangunan hingga roboh ke aliran sungai.

Bisa dibayangkan, kondisi sekitar yang biasanya jadi kawasan sibuk di Denpasar, mendadak penuh kepanikan karena bangunan ambruk satu per satu seperti kartu domino.

static.promediateknologi.id

Penyebab Utama Debit Air dan Lokasi Bangunan

Kalau kita tarik ke belakang, faktor utama dari insiden ini adalah debit air yang terlalu besar. Tukad Badung nggak bisa menahan volume air hujan yang turun sejak malam.

Tapi ada faktor lain yang bikin situasi makin fatal: lokasi bangunan. Banyak rumah atau ruko di Denpasar berdiri tepat di bantaran sungai, yang notabene rawan longsor atau roboh kalau arus deras menyeret fondasi.

Kalau diibaratkan, ini seperti kita naruh lemari kayu berat di ujung tebing yang tanahnya labil. Sekali hujan deras, fondasi terkikis, dan jatuhlah semua ke bawah.

blue.kumparan.com

Dampak Sosial dan Korban Jiwa

Tragedi ini nggak cuma soal bangunan yang hancur, tapi juga soal nyawa manusia. Tiga orang yang hanyut adalah keluarga dari salah satu pemilik bangunan. Tim SAR saat ini masih melakukan pencarian korban dengan menyisir Tukad Badung.

Selain korban jiwa, dampak sosialnya juga besar:

  • Banyak warga kehilangan tempat tinggal sekaligus sumber penghasilan.

  • Aktivitas ekonomi di sekitar Jalan Hasanuddin lumpuh.

  • Trauma psikologis warga sekitar yang menyaksikan langsung kejadian ini.

Kalau kita bandingin sama banjir-banjir sebelumnya, kali ini efeknya terasa banget karena sampai meluluhlantakkan lima bangunan sekaligus.

Tabel Ringkas Dampak Banjir Denpasar 2025

Aspek Dampak
Bangunan ambruk 5 unit (rumah/ruko) di Jalan Hasanuddin, Denpasar
Korban hanyut 3 orang (istri, anak, mertua pemilik bangunan)
Aktivitas ekonomi Lumpuh di sekitar area banjir
Infrastruktur Jembatan Hasanuddin sempat tergenang 50 cm di atas batas

Analisis: Kenapa Banjir di Denpasar Makin Parah?

Fenomena banjir di Bali, khususnya di Denpasar, sebenarnya bukan cerita baru. Tapi belakangan ini, intensitasnya makin sering dan dampaknya makin parah.

Ada beberapa alasan logis:

  1. Curah hujan ekstrem
    Perubahan iklim bikin hujan jadi lebih deras dalam waktu singkat. Tukad Badung yang normalnya bisa menampung air, jadi kewalahan.

  2. Alih fungsi lahan
    Banyak daerah resapan air berubah jadi bangunan. Akibatnya, air hujan nggak bisa meresap ke tanah, tapi langsung lari ke sungai.

  3. Bangunan di bantaran sungai
    Ini masalah klasik di banyak kota Indonesia. Warga membangun rumah atau ruko di pinggir sungai karena lahan strategis, padahal sangat berisiko.

Upaya Penanganan dan Mitigasi

Pemerintah Kota Denpasar bersama BPBD Bali sudah turun tangan. Mereka fokus ke dua hal utama: evakuasi korban dan pengamanan lokasi.

Jangka panjangnya, ada wacana relokasi bangunan yang terlalu dekat dengan bantaran Tukad Badung. Tapi ini PR besar, karena butuh koordinasi lintas instansi plus persetujuan warga.

Sementara itu, warga juga diimbau untuk lebih waspada. Kalau hujan deras turun berjam-jam, segera evakuasi diri dari area bantaran sungai.

Kesimpulan

Kejadian bangunan ambruk di Jalan Hasanuddin, Denpasar akibat banjir Tukad Badung jadi pengingat keras bahwa bencana bisa datang kapan saja. Bukan cuma soal hujan deras, tapi juga soal tata kota yang perlu lebih serius mengatur jarak bangunan dengan aliran sungai.

Dari sisi kemanusiaan, cerita keluarga yang hanyut bikin kita sadar kalau banjir bukan sekadar masalah teknis, tapi soal kehilangan yang nyata.

Ke depan, mitigasi banjir di Denpasar perlu lebih komprehensif. Mulai dari normalisasi sungai, relokasi bangunan rawan, sampai edukasi warga. Karena kalau hanya mengandalkan doa tanpa aksi nyata, cerita bangunan roboh kayak gini bisa terulang lagi.

FAQ

1. Kapan bangunan ambruk di Denpasar ini terjadi?
Rabu, 10 September 2025 sekitar pukul 06.35 Wita.

2. Apa penyebab utama bangunan roboh?
Debit air Tukad Badung meluap dan menyeret fondasi bangunan di bantaran sungai.

3. Berapa jumlah bangunan yang ambruk?
Sebanyak lima bangunan.

4. Apakah ada korban jiwa?
Ya, tiga orang hanyut: istri, anak, dan mertua dari salah satu pemilik bangunan.

5. Apa langkah pemerintah setelah kejadian ini?
Tim SAR melakukan pencarian korban, BPBD mengamankan lokasi, dan Pemkot Denpasar menyiapkan langkah mitigasi jangka panjang.

Similar Posts