Kisah Haru di Balik Kebakaran Food Court Fatmawati Pedagang Syok, Warung Hangus

Jakarta, news.detik.com – Suasana pagi di Jalan RS Fatmawati Raya, Cilandak, Jakarta Selatan, yang biasanya ramai dengan aroma masakan dari deretan food court, berubah jadi duka pada Senin (8/9/2025). Api besar melahap barisan warung makan dan membuat pedagang serta karyawan kehilangan tempat mencari nafkah.

Bagi sebagian orang, food court hanyalah sekadar tempat makan. Tapi bagi Felisita (35) dan Fajrin (21), itu adalah ruang hidup. Tempat di mana mereka menaruh harapan, bekerja keras, bahkan menganggapnya rumah kedua. Sayangnya, rumah itu kini sudah hangus dilahap api.

Kronologi Kebakaran Food Court Fatmawati

Api mulai terlihat sejak dini hari, sekitar pukul 00.30 WIB. Menurut kesaksian warga, api cepat membesar karena sebagian besar bangunan warung berbahan kayu, plastik, dan kain terpal. Dalam hitungan menit, nyala api sudah merambat ke seluruh deretan warung.

Karyawan warung bakso, Fajrin, tiba di lokasi sekitar pukul 00.30 WIB. Ia sempat berniat menolong, tapi nyala api terlalu besar.

“Api masih gede, ya mau nggak mau kita pulang aja,” ucap Fajrin dengan wajah lesu.

Sejak saat itu, tidak ada lagi barang-barang yang tersisa. Semua kulkas, peralatan masak, bahkan stok bahan makanan, habis terbakar.

Felisita Warung Itu Hidup Saya

Bagi Felisita, seorang karyawan warung rawon dan soto, pagi itu menjadi momen paling menyakitkan dalam hidupnya. Ia datang dengan niat membuka warung jam 10.00 WIB, setelah sebelumnya belanja bahan-bahan masakan. Tapi yang ia temukan hanyalah puing hitam.

“Iya mau buka, sudah belanja bahan-bahannya. Sampai sini ternyata gini (kebakaran) syok, kaget saya,” jelasnya.

Air matanya hampir jatuh ketika bercerita. Walaupun warung itu bukan miliknya pribadi, ia merasa sangat memiliki karena sudah berjuang bersama bosnya.

“Waktu tadi, jujurnya kita sedih. Karena, ngelihat tadi sedih banget. Biar bukan punyanya kita, punyanya bos, tapi kita anggap punya kita sendiri,” tambahnya dengan suara bergetar.

Kerugian yang Tak Tertolong

Kebakaran kali ini bukan hanya memakan bangunan, tapi juga menghancurkan penghidupan banyak orang. Barang-barang yang seharusnya dipakai untuk berjualan tidak ada yang bisa diselamatkan.

Fajrin dengan pasrah berkata, “Sudah nggak bisa, sudah hancur semua kulkas.”

Bayangkan, kulkas, kompor, meja, kursi, panci, sampai stok bahan makanan ludes jadi abu. Modal yang sudah terkumpul perlahan-lahan hilang dalam sekejap.

Berikut estimasi kerugian yang dialami pedagang:

Jenis Barang Estimasi Kerugian (Rp) Kondisi Pasca Kebakaran
Kulkas 5–10 juta Hancur, tidak bisa dipakai
Kompor Gas + Tabung 1–3 juta Hangus total
Peralatan Masak 2–5 juta Rusak parah
Stok Bahan Makanan 500 ribu – 2 juta Terbakar semua
Meja & Kursi 2–4 juta Gosong, tidak layak pakai

Trauma dan Luka Emosional

Kerugian materi bisa dihitung, tapi luka emosional lebih sulit diukur. Pedagang seperti Felisita merasa kehilangan tempat yang bukan hanya lapak jualan, tapi juga “rumah kedua.”

Mereka yang sehari-hari menggantungkan hidup dari hasil jualan kini harus menelan kenyataan pahit: tidak ada pemasukan, sementara kebutuhan rumah tangga tetap berjalan.

“Sedih banget. Kita kan udah usaha ya. Tapi tadi sedih banget,” kata Felisita, menahan tangis.

Rasa kehilangan ini membuat banyak pedagang syok, bingung, bahkan tak tahu harus mulai dari mana lagi.

Harapan Pedagang Kecil

Meski sedih, para pedagang tetap berharap ada jalan keluar. Beberapa menginginkan pemerintah memberi bantuan, baik berupa modal darurat maupun relokasi sementara agar bisa tetap berjualan.

Bantuan komunitas lokal juga sangat diharapkan, seperti sembako, pakaian, atau dukungan dana untuk modal awal kembali berjualan. Tanpa itu, mereka mungkin akan terjebak dalam lingkaran utang.

Mengapa Food Court Rentan Terbakar?

Kasus di Fatmawati ini menyoroti betapa rawannya area kuliner padat terhadap kebakaran. Ada beberapa faktor utama:

  1. Bangunan semi permanen – banyak terbuat dari kayu, tripleks, plastik, dan kain terpal.

  2. Jarak antar warung terlalu dekat – api bisa merambat cepat.

  3. Penggunaan listrik seadanya – instalasi sering tidak sesuai standar.

  4. Pemakaian gas elpiji – tabung gas yang bocor sangat berisiko.

  5. Minimnya alat pemadam – jarang ada APAR (alat pemadam api ringan) di tiap warung.

Inilah alasan kenapa sekali api menyala, sangat sulit untuk dipadamkan dengan cepat.

Kesimpulan Saat Harapan Ikut Terbakar

Kebakaran sejumlah ruko di Fatmawati Raya, Cilandak, Jakarta Selatan, pada Minggu (7/9/2025) pukul 23.39 WIB.
Kebakaran sejumlah ruko di Fatmawati Raya, Cilandak, Jakarta Selatan, pada Minggu (7/9/2025) pukul 23.39 WIB.( Dok Gulkarmat DKI Jakarta)

Kebakaran food court Fatmawati bukan sekadar musibah biasa. Ini adalah cerita tentang kehilangan, tentang usaha kecil yang tumbang, dan tentang orang-orang sederhana yang harus bangkit dari nol.

Bagi Felisita, warung itu adalah nafkah hidup. Bagi Fajrin, itu adalah tempat ia bekerja demi masa depan. Kini, semua hilang seketika.

Namun di balik duka, ada harapan. Pedagang berharap bisa bangkit kembali, entah dengan bantuan pemerintah, komunitas, atau solidaritas sesama pedagang. Kebakaran ini menjadi pengingat penting: keselamatan dan pencegahan kebakaran harus jadi prioritas, agar kisah serupa tidak terulang lagi.

FAQ

1. Apa penyebab kebakaran food court Fatmawati?
Penyebab pastinya masih diselidiki. Dugaan sementara korsleting listrik atau kebocoran gas.

2. Apakah ada korban jiwa dalam kejadian ini?
Tidak ada laporan korban jiwa, tapi kerugian materi sangat besar.

3. Bagaimana kondisi pedagang setelah kebakaran?
Sebagian besar kehilangan warung dan peralatan, tidak ada barang yang bisa diselamatkan.

4. Apa harapan pedagang pasca kebakaran?
Mereka berharap ada bantuan modal, relokasi, atau dukungan pemerintah dan komunitas.

5. Bagaimana cara mencegah kebakaran di food court?
Pasang APAR, periksa instalasi listrik dan gas, serta tata ulang jarak antar warung.

Similar Posts